Selasa, 19 Mei 2009

Aliran Klasik Adam Smith

Aliran yang dikembangkan oleh Adam Smith kemudian disebut aliran klasik dikarenakan sebetulnya gagasan-gagasan yang dia tulis dan rampungkan sebetulnya telah dibahas sejak lama, sejak masa Yunani Kuno. Misalnya saja soal paham individualism yang dikeluarkan Smith tidak jauh berbeda dengan paham hedonism yang sempat dipopulerkan oleh Epicurus. Begitu pula pendapatnya agar pemerintah memiliki campur tangan yang seminimal mungkin dalam perekonomian (laissez faire-laissez passer), yang dicikal-bakali oleh pemikiran Francis Quesnay sebelumnya. Ada hal yang unik, pada beberapa sumber, konon pemberian nama aliran yang dibawa Smit yakni aliran klasik sebenarnya diberikan oleh Karl Marx sendiri, sebagai sebutan istimewanya untuk musuh bebuyutannya Adam Smith, karena pemikiran-pemikirannya banyak yang sudah klasik.
Dari beberapa pemikir ekonomi terdahulu ada yang sangat besar pengaruhnya bagi diri Smith. Dua diantaranya adalah gurunya sewaktu menuntut ilmu di Universitas Glasgow, yaitu Francis Hutcheson dan teman kuliahnya David Hume. Dari Glasgow ini lah kemudian Smith menerima beasiswa sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke Oxford University hingga tahun 1746. Dari tahun 1748 hingga 1751, ia mengajar di Edinburg University, dan pada tahun 1751 hingga tahun 1763, ia melanjutkan mengajar di Glasgow, kampusnya dulu. Selaku dosen di Glasgow, Smith memberikan serangkaian kelas tambahan dalam bidang ilmu social dan kemanusiaan. Bidang yang paling digemari oleh Adam Smith adalah falsafah moral. Tidak mengherankan, bukunya yang pertama : The theory of Moral Sentiments (ditulis tahun 1759), banyak menghubungkan masalah ekonomi dan masalah moral. Buku ini, serta bahan-bahan kuliah yang terdapat di universitas Glasgow kemudian menjadi refrensi penting yang membantu Smith kemudian untuk merampungkan buku berikutnya yang kemudian menjadi sangat terkenal, yakni An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of Nation, atau lebih terkenal dnegan sebutan The Wealth of Nation. Buku yang ditulis oleh Smith pada tahun 1776 tersebut dianggap sebagai pancangan pertama tonggak sejarah perkembangan ilmu ekonomi. Oleh sebab itu lah, ia juga diberi gelar “Bapak Ilmu Ekonomi”.
Beri manusia kebebasan dan biarkan mereka melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Pemerintah tidak perlu campur tangan dan alam lah yang akan mengatur hingga semua pihak senang dan bahagia. Hal ini lah yang dipahami oleh Smith yang kemudian menjadi cikal bakal konsep leissez faire-leissez passer dan juga konsep invisible hands yang dipopulerkan Adam Smith.
Perbedaan yang paling dominan antara pola pikir Adam Smith dan kaum fisiokrat terletak pada fktor yang paling dominan yang mempengaruhi perekonomian. Kaum fisiokrat percaya bahwa factor yang paling dominan yang berpengaruh pada perkembangan ekonomi adalah alam, sedangkan Smith meyakini bahwa manusia lah yang memiliki peranan lebih. Logika seperti ini, alam (dalam hal ini tanah) tidak akan berguna apa-apa jika tidak ada manusia yang mengolahnya untuk menghasilkan sesuatu sebagai penyambung kehidupan. Jadi, bias dikatakan alam juga bergantung pada manusia, sehingga manusia lah yang memiliki peranan lebih.
Selain itu, Adam Smith juga sering kali mengkritik kebijakan para kaum merkantilis dalam menetapkan pajak dalam perdagangan luar negeri sehingga untuk bias memasarkan barang Negara A ke Negara B harus membayar pajak yang ditentukan oleh negara. Adam Smith menganggap ini adalah sebuah kerugian bagi para pelaku perdagangan. Smith menawarkan logika seperti ini, jika barang yang dijual negara A jauh lebih murah dan bias dibeli oleh seluruh kalangan, kenapa negara B harus repot-repot untuk menciptakan barang yang sama dengan barang negara A dengan biaya produksi yang lebih mahal. Bukannya justru akan menghemat uang dan tenaga jika membeli langsung pada negara A? Hal ini lah yang kemudian memberikan gambaran pada pihak-pihak yang sepaham dengan Smith untuk kemudian sepakan meminimalisir campur tangan pemerintah, bahkan tidak mengadakan campur tangan pemerintah dalam system perekonomian. Seperti yang dikutip dalam buku The Wealth of Nation,
“it is maxim of every prudent master of a family never to attempt to make at home what it will cost him more to make them than to buy. The tailor doesn’t attempt to make his own shoes, but buys them of the shoemaker. The shoemaker doesn’t attempt to make his own clothes, but employs a tailor … What is prudence of a conduct of every private family, can scarce be folly in that of a great kingdom. If a foreign country can supply us with a commodity cheaper than we ourselves can make it, better buy it of them …”
Individualis yang dikembangkan oleh paham liberal dalam perekonomian klasik bersumber dari paham egoistis yang dimiliki oleh setiap umat dan telah menjadi bahan kegelisahan pemikir-pemikir masa Yunani Kuno. Sikap egoistis yang selalu mementingkan diri sendiri ditakutkan akan memberikan dampak social-ekonomi negative bagi masyarakat, menurut Mandeville. Namun, menurut Smith, egoistis manusia ini justru memberi dampak baik bagi social-ekonomi masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Kembali dalam The Wealth of Nation, Smith menjelaskan,
“If a pin manufacturer tried to charge more than his competitors, they would take away his trade; If a workman asked for more than the going wage, he would not be able to find work; If a landlord sought to exact a rent steeper than another with land of the same quality, he would get no tenants”
Jadi, jika seorang penjual peniti mencoba untuk menetapkan harga yang lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pesaingnya (didorong oleh sikap egoisnya untuk kemudian mendapatkan keuntungan yang lebih dari yang lain), bisnisnya pasti akan hancur. Karena pembeli tidak akan membeli pin padanya karena ada penjual yang menjual dengan harga yang lebih murah. Hal-hal seperti ini lah yang kemudian dianggap Smith sebagai pengontrol harga, sehingga harga tersebut akan stabil dengan sendirinya dan terjadinya kesetimbangan dalam pasar karena bantuan invisible hands.
Muncul kemudian pertanyaan, bagaimana mungkin pasar yang berjalan dengan bebas tersebut dengan kepentingan masing-masing individu pelakunya dapat membawa perekonomian pada suatu keseimbangan yang efisien? Untuk pertanyaan ini, Smith selalu menjawab, seperti yang terkutip dalam bukunya, kurang lebih memiliki arti, “Walaupun setiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan kepada kepentingan pribadi, ttapi hasilnya bias selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingannya masing-masing terhadap kemajuan masyarakat, justru lebih baik dibandingkan dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat.”
Pandangan-pandangan Smith kemudian telah menandai suatu perubahan yang sangat revolusioner dalam pemikiran ekonomi. Di masa sebelumnya, yaitu masa merkantilis, negara ditempatkan di atas individu-individu. Sebaliknya, menurut ajaran klasik dan fisiokrat ini, kepentingan individulah yang mesti diutamakan. Bahkan, tugas negara lah untuk menjamin terciptanya kondisi bagi setiap orang untuk bebas bertindak melakukan yang terbaik bagi diri mereka masing-masing. Bagi penyokong pasar bebas, tak ada jasa yang bias diperbuat oleh seorang umat manusia, kecuali yang dapat membuat dirinya lebih maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar