Kamis, 25 Juni 2009

Pembicaraan Masa Depan

Pembicaraan masa depan, semua bermulai pagi tadi, tak disangka.
Saat hendak pamit untuk beradu kembali dengan segala kepenatan, tantangan hidup, yang kelak, semoga akan buat kita semakin kuat, bapak bertanya.
Bertanya tentang apa yang tempo hari sempat jadi bahan pembicaraan. Pembicaraan tentang masa depan.
Proposal yang sempat tertolak untuk mulai kembali sutau hal beberapa hari yang lalu, tadi pagi diungkap kembali.
Kabar tentang itu ditanyakan oleh bapak, “Bagaimana?” katanya.
Muncullah kemudian berbagai penjelasan, taksa atas segala yang tak sempat terucap beberapa waktu lalu karena penolakan yang begitu cepat dilontarkan oleh bapak dan mama. Muncul kemudian berbagai penjelasan, penjelasan yang menurutku sempat buat mereka sedikit tertarik untuk mengatakan ‘iya’ atas pengajuan izinku.
Lalu, ‘iya’ itu tak sempat terucap, yang ada malah kata ‘meyakinkan’ kembali. Meyakinkan bahwa saya pasti bisa. Itu kata bapak dan mama.
Rancanglah dulu masa depanmu sebaik mungkin. Rancang sdemikian rupa agar kau siap, katanya.
Setelah itu, tak sengaja, kemudian bibir ini dengan langsung saja menjelaskan tentang akan bagaimana diriku nanti, pembicaraan masa depan, mulai ...
***
Mimpi itu tak sengaja teringat kembali. Kelak saya ingin sekali konsentrasi di bidang lingkungan atau ekonomi politik internasional. Nanti, saat sudah semester-semester akhir, atau saat gelar sarjana sudah bertengger di akhir nama lengkapku, saya harus aktif cari informasi tentang segala beasiswa pendidikan untuk jenjang pascasarjana. Kuliah. Pokoknya harus kulanjutkan sekolahku, belajarku. Kuliah di Jawa mungkin, kalau bisa keluarnegeri, menambah pengetahuan, menambah bekal untuk menjadi Dosen kelak. Dosen HI dalam bidang lingkungan atau ekonomi politik internasional.
Kalau proposal untuk sekolah kedinasan tak juga mendapat persetujuan hingga tengah Juni ini, maka apa yang kurencanakan di atas adalah arah pedomanku. Saya akan melanjutkan hidupku yang biasa, melanjutkan organisasi ku, untuk kenal lebih banyak orang lagi, bangun jaringan, tunjukkan diriku, mantapkan potensiku.
Ternyata, masih banyak mimpi, dan akan selalu banyak mimpi, harus. Karena itu yang buat kita hidup. Mimpi. Harapan. Cita-cita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar